Kyai As'ad laksana samudera tak betepi


Tidak ada yg menyangka KHR. AS'AD SAYAMSUL ARIFIN adalah mursyid 13 thoriqoh dan ulama besar NU adalah seorang wali Quthub (pemimpin para wali), sebagaimana kesaksian dari Kyai Mujib, putra dari KH. Ridlwan Abdulllah pencipta lambang NU.
Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi beliau semakin didekati makin bertambah tidak kelihatan, saya sangat berpengalaman, bahkan saya pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yg memang tidak boleh...
Setelah saya pijat lebih kurang 3 jam, beliau tertidur pulas, saya ciumi sekujur tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung telapak kaki, saya tidak mendapatkan bau apa-apa, sampai hati saya berkata : Beliau ada atau tidak ada ? Apakah ini orang yg dikatakan sudah ada di maqom fana ?
Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau, tambah dekat dan tambah lama semakin tidak kelihatan, sulit ditebak, saya baru diberitahu dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini setelah saya ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah, sebelum berangkat, saya minta ijin kepada beliau...
" Pak Mujib, pergi haji sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke Haromain tahun ini wajib (fardu kifayah), kalau sampean tidak datang ke tanah haram, dosa sampean besar ", Kata Kyai As'ad.
" Kenapa ?"  Tanyaku
" Jawabannya nanti disana bukan disini ", Kata Kyai As'ad, " Namun sampeyan jangan berkecil hati, sampeyan saya pinjami ijazah, setelah pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan, tidak boleh dipakai terus ".
" Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai ?" Tanyaku
" Ya terserah, kalau sampeyan jadi bajingan".
Sampai larut malam saya tidak diperbolehkan pulang, saya disuruh pulang besok pagi, tapi ijasah itu tidak 'dipinjamkan' sampai saya tertidur, ternyata dalam tidur saya ditalqin ijazah, lalu saya ditanya apakah masih punya wudlu, saya jawab masih punya, baru kemudian saya ditalqin.
Menjelang subuh saya terbangun, ternyata di bawah bantal ada secarik kertas yg ditulis Kyai As'ad yg bunyinya persis seperti ijasah dalam tidur tadi, mungkin beliau takut saya lupa.
Setelah saya pulang dari haji beliau sudah ada di rumah saya ingin mengambil ijasah itu, " Saya tidak minta oleh-olehnya Pak Mujib, hanya saja ijasah itu dikembalikan", Kata Kyai As'ad. Mungkin ijasah itu takut disalahgunakan.
Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji, ada beberapa peristiwa yg saya alami dan hanya saya ceritakan pada Kyai As'ad, semuanya saya ceritakan, lalu saya bertanya : " Ada satu Kyai yg menyangkut panjenengan".
" Lho sampeyan kesana mau ngurus saya juga ya?" Tanya Kyai As'ad dengan nada marah. Sayapun dimarahi oleh beliau, " Sampeyan kesana saya pinjami ijasah segala, jadi ngobyek saya juga ya? kurang ajar sampeyan ini", Katanya agak marah.
" Ya tidak begitu Kyai, masak saya ikut panjenengan hampir 20 tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya panjenengan?" Jawabku.
" Lha iya, sampeyan ngobyek ingin tahu saya, apa hasilnya?"
" Saya disuruh bacakan ayat di hadapan panjenengan !"
" Ayat apa ?" Tanya Kyai As'ad
" Ayat Alqur'an, dengan syarat kalau panjenengan mau. Kalau tidak mau ya tidak usah !" Jawabku
" Mana ada kyai yg tidak mau dibacakan Alqur'an ? gila sampeyan ini !" Kata Kyai As'ad.
" Lho wong 'Bos' disana bilang begitu, kyai",  Kata saya melucu.
Ceritanya, sewaktu di Haromain saya bertemu 'Bos', kata 'Bos' : " Kalau Kyai  As'ad tidak mengakui siapa sebenarnya beliau, bacakan ayat ini, dengan catatan beliau harus mau".
" Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai As'ad ", Jawabku, karena itu sayapun mendesak 'Bos' itu, lalu 'Bos' berkata : " Ya tidak maunya itu ngakunya !"
Saya lalu bacakan ayat yg dimaksud di hadapan Kyai As'ad yg artinya : " Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami mendatakangmu sebagai saksi atas mereka " (QS. An-Nisa ayat 41).
Sebelum saya selesai membaca ayat tersebut, beliau menangis sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata, inilah pengalaman yg tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos' tadi, ya jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.
Saya tunggu beliau hampir menangis satu jam, itupun masih terisak-isak seperti anak kecil, lalu saya diajak salaman, ketika saya mau mencium tangan beliau tidak diperbolehkan, "Kali ini sampeyan tidak saya ijinkan mencium tangan saya". Kata Kyai As'ad masih dalam keadaan terisak.
Saya pucat, " Wah , haji saya kali ini mardud (tertolak)" begitu dalam benak saya, mengapa? sebab saya telah membuka rahasia besar yg di dunia ini orangnya satu. Wali quthub ini di dunia satu, itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
" Pak Mujib, apa sampeyan tidak keberatan bila belas kasihan sama saya, saya minta belas kasihan sama sampeyan agar tidak sampai ngomong pada orang lain selama saya masih hidup, siapa diri saya ini !" Pinta Kyai As'ad padaku.........

Komentar

Postingan Populer