NU DAN INDONESIA



KITA BUKAN ORANG ISLAM YANG BERADA DI INDONESIA, TETAPI KITA ADALAH ORANG INDONESIA YANG BERAGAMA ISLAM

          “Apa yang dimaksud dengan orang NU?“Orang NU itu adalah orang Indonesia yang beragama Islam, maksudnya, apa yang ada di Indonesia itu menjadi miliknya, entah itu budaya, tradisi dan lain sebagainya, tetapi yang beragama Islam, makanya di NU adaTahlilan, Nujuh Nulanan, Matang Puluh, Haul, Yasinan, Rotiban, Manakiban, Muludan dan lain sebagainya ”Wali Songo itu bukan mengislamkan jawa, melainkan menjawakan Islam, karena dalam dakwah wali songo sangat kontekstual, bagaimana nilai-nilai Islam dapat masuk dalam tradisi jawa.“Indonesia seperti rumah kita, sejelek apapun rumah kita, yaitulah rumah kita, kita rawat, kalau ada yang bocornya dibetulkan, kalau ada yang kotornya dibersihkan, tapi kalau ada orang lain tiba-tiba ingin merusak dan menghancurkan rumah kita, tunggu dulu, nah begitu pun dengan NU, jadi orang NU itu adalah orang Indonesia yang beragama Islam, jika sebaliknya, orang Islam yang berwarga negara Indonesia, anggap saja sedang mengontrak di rumah kita”

         
Itulah "Islam Indonesia", "Islam ala Indonesia" yang sering di jelaskan oleh KH. Abdur Rahman Wahid (Gus Dur). Memilah dan membedakan tema "Islam Indonesia" dan "Islam di Indonesia. "Sekilas tidak terdapat perbedaan, tetapi secara paradigmatic memiliki implikasi yang jauh. Yang digambarkan di atas adalah "Islam Indonesia", Islam khas Indonesia, Islam berkarakter Indonesia, dan Islam yang menyatu dengan kebudayaan masyarakat Indonesia, tanpa bermaksud menundukkan dan menggantikannya menjadi Islam versi Arab. "Islam Indonesia" adalah Islam berbaju kebudayaan Indonesia, Islam bernalar Nusantara, Islam yang menghargai pluralitas, Islam yang ramah kebudayaan lokal, dan sejenisnya. "Islam Indonesia" bukan foto copy Islam Arab, bukan kloning Islam Timur Tengah, bukan flagiasi Islam Barat, danbukan pula duplikasi Islam Eropa. "Islam Indonesia" adalah semua Islam itu yang tersaring kedalam keindonesiaan.
          Berbeda dengan itu, "Islam di Indonesia" memberikan pengertian bahwa Indonesia hanya sebagai lokus persinggahan dari Islam. Filosofi, logika, nalar, budaya, simbol, bahasa, dan tata cara pergaulan semuanya diadopsi, difoto copy, dicangkok, diduplikasi, dan diflagiasi secara sempurna dari Islam Arab. Asumsi paradigma "Islam di Indonesia" adalah bahwa Islam itu Arab dengan seluruh darah daging kebudayaannya, sejak kelahiran hingga perkembangan dewasa ini. Di Indonesia, Islam hanya numpang, singgah, danmenjadi "orang lain" yang—apabila bias akan--menguasai Indonesia. Indonesia harus diislamkan, artinya diubah dan diganti dengan Islam Arab atau pseudo-Arab: menjadi negara Islam, secara simbolik menyebut Syari'at Islam, berbahasa Arab atau kearab-araban, pakaian kearab-araban, dan sejenisnya. Islam model ini tidak ramah dengan kebudayaan lokal, malah cenderung memusuhinya.
          Di balik "Islam Indonesia" atau "Islam di Indonesia" terdapat pilar keislaman yang sangat kuat di Indonesia.Tanpa pilar ini, Islam tidakakan berkembang di bumi Indonesia. Pilar-pilar itu adalah organisasi- organisasi Islam yang sejak kelahirannya hingga sekarang terus berjuang dengan caranya sendiri untuk mewujudkan Islam di bumi Nusantara. Organisasi - organisasi ini memiliki akar jama'ah yang sangat kuat di bawah, yang secara sosiologis berbeda satu sama lain. Mereka juga memiliki rasiond'etresen diri atas kehadirannya di Indonesia, mempunyai asset keagamaan, memiliki infra struktur sampai ke desa, dan yang terpenting mereka menggunakan nalar yang berbeda satu sama lain dalam memahami sumber ajaran Islam, al-Qur'an dan Hadits.
          Organisasi-organisasi Islam sejenis ini di Indonesia sangat banyak. Di antaranya adalah Persyarikatan Muhamadiyyah, Al Irsyad, Persis, Nahdlatul Ulama, al-Washliyyah, Perti, Darud Da'wah wal Irsyad, Nahdlatul Wathan, Mathla'ul Anwar, dan lain-lain. Organisasi- organisasi Islam ini adalah bagian dari peradaban dan kekayaan intelektual "Islam Indonesia."Inilah Islam Nusantara yang membentuk kepribadian masyarakat Indonesia yang secara umum sangat toleran, dapat hidup rukun dengan agama-agama lain, menerima dasar negara Pancasila, menghargai kebudayaan local dan kebhinekaan, dan memiliki ikatan sosial yang sangat kuat.
          Munculnya isu terorisme, "Islam gariskeras", "Islam ekstrim", dan "Islam fundamentalis", yang merongrong dasar Negara Pancasila, menggunakan kekerasan dalam menegakkan Syari'at Islam, menyuarakan negara Islam dankhilafahIslamiyahsecarasimbolik, sesungguhnya bukan produksiasli Islam-Indonesia. Itu adalah gerakan Islam transnasional yang diimpor dari negara-negara Timur Tengah. Gejala ini muncul sepuluh tahun terakhir saja, setelah rezim Orde Baru tumbang.Gerakan Islam transnasional ini sesungguhnya tidak memperoleh dukungan kuat dari mayoritas Muslim Indonesia. Hanya saja, karena suara mereka nyaring dan keras, sehingga memperoleh perhatian media massa dan membuat ketakutan sebagian pemerintah, politisi, dan aparat Negara lainnya. Atas ketakutan ini, seolah-olah mereka memperoleh dukungan politik.
          Kalau cara pandang yang dipakai adalah “kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam” maka dapat dipastikan bahwa kita lebih mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsure budaya luar kedalam budaya asli, mempunyai kemampuan mengendalikan, mampu member arah pada perkembangan budaya.
          Tetapi ketika cara pandang yang dipakai adalah “kitaa dalah orang Islam yang berada di Indonesia” maka kecenderungannya kurang memiliki kepercayaan diri, kurang berkreasi, cenderung minder kalau tidak mengikuti zaman, cenderung meniggalkan kebiasaan lamanya dan menerima apa yang dianggap asing baginya, Budaya asing itu terasa lebih unggul dari apa yang selama ini terjadi dalam hidup keseharian. Begitu juga dalam mengamalkan Islam lebih cenderung menyalahkan Islam yang ada di negeri sendiri, bahkan menyalahkan Islam yang ada di negara Indonesia tercinta ini..smileemotikon


Top of Form
Bottom of Form

Komentar

Postingan Populer